Akhirnya terjawab sudah
penantian panjang banyak pihak, Ahok dan Jarot diumumkan sebagai pasangan
Gubernur dan Waki Gubernur DKI 2017-2022 dan kami prediksi mereka hanya akan
berpasangan pada tahun 2017-2019 saja. Keputusan pencalonan Ahok dan Jarot tersebut
diumumkan di kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2016).
Pencalonan Ahok dan Jarot
ini merupakan skenario “anak tangga” yang begitu manis dari PDIP. Sebagai
partai yang memiliki kursi terbesar di DPRD DKI, PDIP kali ini mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan dengan partai politik lainnya. Salah satu kelebihan
tersebut adalah PDIP dapat mengusulkan sendiri pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur DKI Jakarta dengan atau tanpa berkoailisi dengan partai politik
lainnya. Dengan demikian sebagai satu-satunya partai politik yang dapat
mengusung calon kepala daerah, PDIP dapat menyusun banyak skenario untuk paslon Gubernur dan Gubernur di DKI Jakarta.
Selain itu, kelebihan lain adalah PDIP mempunyai banyak pilihan alternative
paslon dengan kader-kader mumpuni yang diyakini “mampu”memenangkan pilkada DKI.
Sebut saja misalnya seandainya PDIP mengusung Risma dan Sandiaga Uno. Jika
pasangan ini diadu dengan Ahok, Elektabilitas Risma dan Sandiaga Uno mampu
mengungguli Ahok dan pasangannya. “Dari hasil simulasi head to head pasangan,
elektabilitas pasangan Tri Rismaharini dengan Sandiaga Uno sebesar 38.21 persen
unggul dibandingkan pasangan Ahok dengan Djarot yang hanya mendapatkan 36.92
persen. (sumber http://news.okezone.com/read/2016/09/15).
Seandainya Ahok berduet dengan Heru ditenggarai hasilnya tidak akan berbeda
jauh.
Artinya
PDIP memenangkan Pilgub DKI
Skenario lainnya adalah PDIP
mengusung Ahok dan Jarot, dengan demikian Risma tidak akan maju dalam pilkada
DKI. Maka saingan terkuat ahok adalah Anis Bawedan, Yusril atau Rizal ramli
yang dipasangkan dengan Sandiaga Uno. Berdasarkan hasil survey jika pemilihan
dilaksanakan pada saat melaksanakan survey maka pasangan Ahok dan Jarot akan
mengguli pasangan lainnya. “
Artinya
kembali PDIP memenangkan Pilgub DKI
Sekarang pilihannya ada di
PDIP, mengusung Ahok atau Risma. Analisinya adalah jika PDIP mengusung Risma
PDIP akan memenangkan Pilgub DKI tetapi sulit memenangkan pilgub Jawa Timur dan
melepaskan walikota Surabaya. Tetapi jika PDIP mengusung Ahok maka analisisnya
adalah PDIP akan memenangkan Pilgub DKI, berpeluang memenangkan Pilgub Jawa Timur
dan tidak kehilangan Surabaya pada saat ini.
Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah pada saat pilpres 2019 PDIP berharap mampu memenangkan pilpres
dengan memasangkan Jokowi dan Ahok tanpa harus kehilangan DKI. Dengan demikian
pada tahun 2019 Kader PDIP Jarot akan menjadi Gubernur DKI.
Inilah skenario “Anak Tangga”
yang diramu dan dimainkan dengan cantik oleh PDIP.
#Rahmat
Hollyson
#Pilkada DKI
#Ahok
tapi apakah akan semulus itu om? ada kemungkinan lain ga PDIP meleset perhitungannya
ReplyDeletenamanya skenario om...
ReplyDelete