Umar Bakri merupakan wujud seorang guru yang sederhana dan dihormati oleh murid. Selain berbagi Ilmu, Umar Bakri juga mengayomi anak didiknya sehingga menjadi anak muda harapan bangsa. Masih adakah tipe guru sederhana dan dihormati seperti itu pada saat ini?. Jawabnya tentu masih banyak.
Ironinya disisi lain, terjadi peristiwa yang membuat kita meneteskan air mata saat Dvijatma Puspita Rahmani, siswa SMU 4 Kota Bandung mendapatkan nilai 0 dan harus tinggal kelas.
Padahal siswi ini pada bulan Februari mengikuti Olimpiade Biologi saat akhir Februari 2016, dan Nilai Evaluasi Murni (NEM) pada saat lulus SMP berjumlah 37 dengan rata-rata 9 lebih. Tentunya kita sepakat siswi ini merupakan anak pintar yang mempunyai talenta.
Tentunya tidak arif juga rasanya jika kita mengadili Guru secara sepihak sebagai orang yang menjadi penyebab peristiwa langka yang memilukan ini terjadi. Berdasarkan wawancara di televisi dan berita di berbagai media diketahui bahwa kejadian menyesakkan dada ini salah satunya disebabkan karena Puspita beberapa hari tidak sekolah karena sakit.
“Permasalahan dengan guru Bahasa Indonesia sendiri bermula ketika DP tidak masuk sekolah karena sakit selama dua pekan, serta sempat izin tidak mengikuti pelajaran selama empat hari karena harus ikut pelatihan Olimpiade Biologi. Dari situ, guru Bahasa Indonesia memarahi DP dan menuding bahwa dirinya lebih mementingkan pelajaran Biologi dibanding Bahasa Indonesia.” (republika.co 5 September 2015)
Awalnya permasalahan hanya dengan guru Bahasa Indonesia, terindikasi bahwa yang bersangkutan curhat ke guru matematika dan ikut terprovokasi sehingga ikut “menzolimi” Puspita.
"Kamu ada masalah apa dengan guru Bahasa Indonesia? Murid enggak akan pernah menang melawan guru. Kamu enggak akan saya kasih nilai," ujarnya menirukan cerita dari putrinya.(republika.co 5 September 2015) Ujung-ujungnya puspita mendapatkan nilai 0 untuk pelajaran matematika.
Sikap berkuasa sebagian kecil guru telah mencoreng profesi guru yang begitu mulia, jika selama ini kita begitu bersemangat membela guru yang mendapat perlakuan tidak senonoh dari orang tua murid, rasanya kali ini sikap marah itu pantas kita berikan kepada sang guru. Pemerintah melalui diknas harus turun tangan menyelesaikan masalah ini, dan perlu melakukan pembinaan terhadap mental-mental guru yang bermasalah.
Ironinya disisi lain, terjadi peristiwa yang membuat kita meneteskan air mata saat Dvijatma Puspita Rahmani, siswa SMU 4 Kota Bandung mendapatkan nilai 0 dan harus tinggal kelas.
Padahal siswi ini pada bulan Februari mengikuti Olimpiade Biologi saat akhir Februari 2016, dan Nilai Evaluasi Murni (NEM) pada saat lulus SMP berjumlah 37 dengan rata-rata 9 lebih. Tentunya kita sepakat siswi ini merupakan anak pintar yang mempunyai talenta.
Tentunya tidak arif juga rasanya jika kita mengadili Guru secara sepihak sebagai orang yang menjadi penyebab peristiwa langka yang memilukan ini terjadi. Berdasarkan wawancara di televisi dan berita di berbagai media diketahui bahwa kejadian menyesakkan dada ini salah satunya disebabkan karena Puspita beberapa hari tidak sekolah karena sakit.
“Permasalahan dengan guru Bahasa Indonesia sendiri bermula ketika DP tidak masuk sekolah karena sakit selama dua pekan, serta sempat izin tidak mengikuti pelajaran selama empat hari karena harus ikut pelatihan Olimpiade Biologi. Dari situ, guru Bahasa Indonesia memarahi DP dan menuding bahwa dirinya lebih mementingkan pelajaran Biologi dibanding Bahasa Indonesia.” (republika.co 5 September 2015)
Awalnya permasalahan hanya dengan guru Bahasa Indonesia, terindikasi bahwa yang bersangkutan curhat ke guru matematika dan ikut terprovokasi sehingga ikut “menzolimi” Puspita.
"Kamu ada masalah apa dengan guru Bahasa Indonesia? Murid enggak akan pernah menang melawan guru. Kamu enggak akan saya kasih nilai," ujarnya menirukan cerita dari putrinya.(republika.co 5 September 2015) Ujung-ujungnya puspita mendapatkan nilai 0 untuk pelajaran matematika.
Sikap berkuasa sebagian kecil guru telah mencoreng profesi guru yang begitu mulia, jika selama ini kita begitu bersemangat membela guru yang mendapat perlakuan tidak senonoh dari orang tua murid, rasanya kali ini sikap marah itu pantas kita berikan kepada sang guru. Pemerintah melalui diknas harus turun tangan menyelesaikan masalah ini, dan perlu melakukan pembinaan terhadap mental-mental guru yang bermasalah.