Dampak Sosial Reklamasi Teluk Jakarta (Bagian 2) - Kajian Pemerintahan

Friday, April 22, 2016

Dampak Sosial Reklamasi Teluk Jakarta (Bagian 2)


photo : by CNN
Kehilangan Mata Pencaharian
Kehilangan mata pencaharian merupakan dampak sosial sekaligus ekonomi yang dirasakan oleh warga. Mengapa? Karena pengembang juga menghilangkan daerah penangkapan ikan yang selama ini menjadi wilayah nelayan menangkap ikan. Kehilangan ekosistem mangrove di Teluk Jakarta mempunyai dampak ekologi yang sangat serius dan untuk selanjutnya akan menurunkan pendapatan masyarakat yang mata pencahariannya bergantung pada sumberdaya perairan laut.
Saat ini kondisi nelayan di Perairan Teluk Jakarta sangat susah mendapatkan ikan, karena laut diuruk, lumpur disedot dulu lalu ditimpa pasir, ikan-ikan menjadi mati atau pergi. Nelayan yang biasanya menangkap ikan di wilayah itu tidak bisa menangkap ikan di situ lagi, karena direklamasi. Apalagi limbah yang mencemari Teluk Jakarta sangat berpengaruh terhadap jumlah ikan di kawasan tersebut.
Salah satu nelayan yang bernama Kuat, mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, jika biasanya nelayan bisa mendapat penghasilan Rp300 ribu-Rp400 ribu per hari, maka sekarang mereka sulit mencapai penghasilan Rp100 ribu. Untuk mendapat ikan, kini nelayan Muara Angke menurut Kuat, harus melaut semakin jauh, sehingga pengeluaran solar mereka pun meningkat. Jika biasanya biasanya perahu mereka butuh 5-10 liter sekali melaut, sekarang rata-rata butuh 15 liter. Sementara dengan modal yang semakin besar itu, pemasukan mereka justru menurun karena susah mendapat ikan.
Kondisi yang sedemikian rupa bukan mustahil akan menghilangkan mata pencaharian penduduk yang selama ini menggantungkan hidupnya dari mencari hasil di laut di Teluk Jakarta. Oleh karena itu, kehilangan mata pencaharian bagi penduduk yang berprofesi nelayan di sekitar Teluk Jakarta akan berdampak pada  kemiskinan yang bisa dipandang sebagai dua hal. Sebagai sebab dan sebagai akibat.
Sebagai sebab, kemiskinan adalah akar dari sebagian besar terjadinya tindak kriminalitas. Kita seringkali mendengar atau membaca berita tentang pencurian, perampokan atau pembunuhan yang bermotif kemiskinan ekonomi pelakunya. Tidak sedikit pula berita tentang kasus-kasus bunuh diri atau kelaparan yang disebabkan kemiskinan. Artinya dampak sosial yang ditimbulkan oleh reklamasi Teluk Jakarta tidak berhenti pada kemiskinan penduduk semata namun dapat mengakibatkan terjadinya tindak kriminalitas penduduk.
Sebagai sebuah akibat, kemiskinan merupakan suatu produk. Produk dari ketidakadilan bahkan kedzholiman. Ketidakadilan atau kedzholiman pemimpin, hukum atau sistem, bahkan ketiganya. Pemimpin yang tidak adil akan menempatkan orang miskin sebagai obyek yang tidak perlu diperhatikan. Sehingga, pemimpin seperti ini hanya akan menjadikan orang miskin menjadi salah satu subsistem negara yang berada pada posisi ‘teraniaya’. Ini dapat dilihat dari tidak adanya ruang bagi masyarakat miskin untuk dapat melakukan aktivitas sosial dan ekonomi secara baik.


Penutup
Perilaku birokrat adalah salah satu bentuk penyebab kemiskinan yang dikaji dalam dimensi kemiskinan struktural. Adanya kebijakan Pemerintah Provinsi DKI untuk melakukan reklamasi tentu saja mengabaikan kepentingan kaum nelayan di sekitar Teluk Jakarta. Kebijakan melakukan reklamasi untuk memenuhi keinginan para Pengembang Property tentu saja sangat dipengaruhi oleh perilaku birokrat yang membiarkan proses pemiskinan yang dibingkai dalam kebijakan yang prokapitalis dan neoliberalis. Kondisi ini disebut dengan “back wash effect” (teori Myrdal) yaitu suatu kondisi dimana wilayah-wilayah yang maju menciptakan keadaan yang menghambat dan mengorbankan wilayah-wilayah terbelakang. Hal ini terbukti reklamasi telah mengorbankan nelayan tradisional yang miskin.
Dampak dari reklamasi ini, semakin banyak nelayan yang tergusur dari tempat mereka menggantungkan hidupnya. Kaum miskin kota yang notebene banyak dari wilayah pesisir Teluk Jakarta yang harusnya dilindungi oleh negara, justru digusur secara paksa oleh aparat birokrasi. Kekayaan negara yang harusnya dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat malah dijual melalui proyek reklamasi Teluk Jakarta. Dari semua ini menunjukkan bahwa Reklamasi Teluk Jakarta dan penggusuran nelayan lebih mendahulukan kepentingan pemilik modal ketimbang rakyat kecil yang jelas bertentangan dengan cita-cita pendiri negara.


Daftar Pustaka

Aditya Fathurrahman. “Proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta”, http://hmip.fisip.ui.ac.id/proyek-reklamasi-pantai-utara-jakarta-sebagai-mesin pertumbuhan-kota-jakarta, diakses tanggal 21 April 2016.
Ahmad Mony dan Muhammad Karim. “Reklamasi Teluk Jakarta, Penggusuran dan Dampaknya”, http://hallojakarta.com/reklamasi-teluk-jakarta-penggusuran-dan dampaknya, diakses tanggal 20 April 2016.
Clark, John. 1991. Democratizing Development : The Role of Voluntary Organizations. Connecticut: Kumarian Press, Inc.
“Dampak Sosial Reklamasi Teluk Jakarta”, http://halloapakabar.com/dampak-sosial-reklamasi-teluk-jakarta-berdasarkan-kajian-pk2pm-dan-seanet-indonesia, diakses tanggal 20 April 2016.
Garna, Judistira, K. 1992. Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
“Proyek reklamasi Teluk Jakarta 'membuat cemas' nelayan”, http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/11/151127_majalah_lingkungan_telukjakarta, diakses tanggal 21 April 2016.
Puteri Rosalina. “Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta dari Era Soeharto sampaiAhok”,http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/, diakses tanggal 20 April 2016.



Oleh : Dr. Muhammad Mulyadi
Peneliti Madya Hubungan Masyarakat dan Negara Pada Bidang Kesejahteraan Sosial Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda