Oleh-oleh dari diskusi Gol A Gong (Balada Si Roy), dengan Purna Praja di Rumah Dunia, Serang Banten. - Kajian Pemerintahan

Thursday, March 24, 2016

Oleh-oleh dari diskusi Gol A Gong (Balada Si Roy), dengan Purna Praja di Rumah Dunia, Serang Banten.

Oleh-oleh dari diskusi dengan Gol A Gong (Balada Si Roy), Riyanto El Haris (06) dan Empi “Lionxs”Muslion (06) di Rumah Dunia, Serang Banten.

Pertemuan dengan pria berambut panjang kelahiran Purwakarta, Jawa Barat, 15 Agustus 1963; di rumah dunia Banten menjadi menarik. Walau tangannya tinggal sebelah akibat sebuah kecelakaan tetapi semangat Heri Hendrayana Harris untuk “mencerdaskan bangsa” ini khsusunya dibidang seni budaya perlu diacungkan jempol. Rumah Dunia dijadikan tempat untuk melahirkan penulis dan budayawan dengan sifat swakelola.

Heri Hendrayana Harris dalam kehidupan seari-harinya beliau lebih terkenal dengan nama Gol A Gong. Nama Gol itu diberikan oleh ayahnya sebagai ungkapan syukur atas karyanya yang diterima penerbit. Serta Gong merupakan harapan dari ibunya agar tulisannya dapat menggema seperti bunyi alat musik gong. Sedangkan A diartikan sebagai "semua berasal dari Tuhan". Maka, nama Gol A Gong dimaknai sebagai "kesuksesan itu semua berasal dari Tuhan (sumber : Wikipidia.org)

Pada suatu siang yang cerah terlihat dalam sebuah CafĂ© berornament bamboo dan plat mobil duduk Gol A Gong (pengarang buku Balada si Roy) bersama Riyanto El Haris (06), empi “lionxs”muslion (06) dan Hollyson de Maiza (04). Mereka sedang asik berdiskusi tentang rumah dunia dan dunia menulis. Sebagai seniman yang telah lama melanglang buana didunia seni tentunya banyak hal yang dapat dipelajari dari budayawan rumah dunia tersebut. Gol A Gong banyak bercerita tentang perjalanan dan perjuangannya membesarkan Rumah Dunia sebagai tempat berkreatifitas anak muda dibidang seni dan budaya dan bagaimana menjadi seorang penulis.

Baca Juga :Bedah Buku Sajadah Lipat Pak Camat (SLPC) bersama Gol A Gong

Bagi kami para purna yang juga sedang menggeluti dunia menulis banyak hal yang dapat dibawa pulang kejakarta sebagai oleh-oleh dari Gol A Gong. Ternyata dalam menulis fiksi banyak hal yang harus diperhatikan misalnya ide, tema cerita, target pembaca, tokoh dan karakter,  alur cerita, latar tempat, latar waktu, konflik yang akan dimunculkan, dialog-dialog yang disajikan, gaya bahasa, ending cerita.

Ide cerita bisa didapatkan dari teman kantor, Membaca Koran, Menonton Film, Pengalaman Pribadi, Mengamati lingkungan dan lain sebagainya. Selagi kita masih mau memperhatikan dan mengamati lingkungan sekitarnya, banyak sekali yang bisa dijadikan ide cerita.

Pada prinsipinya menulis  fiksi itu bukan menghayal, tetapi merupakan suatu proses berpikir dengan cara merangkaikan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya dan sering juga dilakukan melalui riset-riset.

Secara sederhana tahapan menulis terdiri dari yakni Persiapan ( riset lapangan, observasi lapangan, wawancara, riset pustaka), kemudian tahapan menulis (hasil riset dituangkan dalam tulisan yang berbentuk fiksi, dipermanis dengan imajinasi dan lain sebagainya). Dan tahap selanjutnya adalah Merevisi, (revisi terhadap ejaan, diksi, logika cerita dan lain sebagainya)

Jika beberapa hal tersebut diatas dapat diimajinasikan dengan baik, maka karya yang akan dihasilkan tentunya akan mendapat tempat dihati masyarakat yang sesuai dengan pangsa pasarnya.

Memproyeksikan Novel jadi Sebuah Film

Suatu novel dapat juga dari awal sudah bisa kita proyeksikan untuk sebuah film. Hal tersebut dicontohkan Gol A Gong dalam membedah novel sajadah lipat pak camat (SLPC) karya Riyanto El haris  menjadi sibuah Film/Sinetron.

Tokoh-tokoh yang terdapat dalam SLPC dicaikan pemeran yang tepat sesuai dengan karakternya, misalnya tokoh pak camat iksan akan sangat menarik kalau diperankan oleh Anjasmara. Karakter Fisik Anjasmara sangat sesuai dengan karakter Iksan. Demikian juga dengan tokoh Myrna, Pengacara Maria dan lain sebagainya. Lokasi disarankan di Banten Selatan dan lain sebagainnya.

Demikianlah oleh-oleh yang didapatkan dipersembahkan  dari diskusi dengan para penulis dan budayawan Gol A Gong, Riyanto El Haris dan Empi “lionxs”muslion”.  (HDM)




Bagikan artikel ini

1 comment

  1. mantap, selama kita komitmen mengembangkan ide melalui tulisan itu bagaikan energi penyemangat hidup agar lebih hidup. lanjutkan mas, keren.

    ReplyDelete