Pilkada DKI Aroma RI 2, Skenario Anak Tangga Mega, SBY dan Prabowo - Kajian Pemerintahan

Sunday, September 25, 2016

Pilkada DKI Aroma RI 2, Skenario Anak Tangga Mega, SBY dan Prabowo


Pilkada DKI menjadi sangat menarik disaat petinggi-petinggi parpol besar turun gunung untuk memberikan dukungan kepada calon kepala daerah yang mereka usung. Megawati dengan PDIPnya tidak hanya menformulasikan pasangan Ahok-Jarot tetapi ikut terjun langsung mengantar pasangan Ahok-Jarot ke KPUD DKI pada saat pendaftaran.

Kemudian kita lihat juga “Koalisi cikeas” mengusung AHY-Silvi sebagai calon kepala daerah. Pencalonan AHY-Silvi di skenariokan oleh tokoh besar mantan Presiden RI SBY. SBY turun tangan langsung dan mempunyai peran besar dalam pengambilan keputusan pencalonan AHY-Silvi.

dan kemudian Prabowo Subianto melalui gerindra dan PKS mengusung Anis-Sandi. Pencalonan Anis-Sandi tentunya menjadi hal yang menarik karena Anis-Sandi bukanlah kader partai Gerindra atau PKS. Disisi lain, terkebih dahulu sudah disampaikan bahwa Sandi akan dipasangkan dengan Mardani. Melihat perubahan tersebut maka dapat menjelaskan kepada kita semua, inilah yang dinamakan dengan dunia politik, penuh dengan strategi, kepastiannya berada pada ujung proses.

Skenario Anak Tangga Pilkada DKI
 Jika kita cermati bahwa pencalonan Ahok-Jarot, AHY-Silvi dan Anis-Sandi mempunyai satu pola garis kesamaan yakni apa yang saya disebut dengan “scenario anak tangga” pilkada DKI.

Ahok-Jarot scenario anak tangganya adalah menyiapkan Jarot sebagai Gubernur DKI 2019, menguasai Jawa Timur dengan menjagokan Risma sehingga tidak perlu diterjunkan ke DKI walaupun elektabilitasnya telah melewati Ahok, serta menyiapkan pasangan Jokowi-Ahok untuk RI 1 dan RI2. Skenario anak tangga yang di gawangi oleh Megawati dengan  PDIP ini menjadi langkah strategis disaat PDIP memenangkan kursi DPRD DKI dan didukung oleh kader-kader yang bagus pada saat ini misalnya sebut saja Risma  dan lain sebagainya.

Anis-Sandi scenario anak tangganya adalah jika menang pilkada DKI maka besar peluang untuk menyandingkan Prabowo-Anis untuk RI 1 dan RI 2 dan menyerahkan estafet kepemimpinan DKI kepada Sandiaga Uno. Pemilihan Anis tentunya tidak mulus dan tidak mudah bagi Prabowo untuk memutuskannya karena perlu kita ingat Anis pernah bersebrangan dengan Prabowo pada pilpres lalu disaat Anis mendukung pasangan Jokowi-JK.

Agus-Silvi scenario anak tangganya adalah menyiapkan agus sebagai pengganti SBY di kepemimpinan partai Demokrat. Selain itu tentunya Pilkada DKI ini adalah moment yang tepat untuk Agus terjun kedunia politik. Momentum pilkada DKI akan mampu meningkatkan popularitas dan elektabilitas Agus secara signifikan. Hal akan berbeda jika agus terjun kepolitik pada saat tidak ada momentum khusus. Jika Agus mampu bersaing dan memenangkan DKI 1, tentunya pada tahun 2019 telah menunggu Agus untuk menjadi RI 1 atau RI 2. Artinya pengorbanan untuk meningkalkan dunia meliter sudah dipertimbangkan dengan matang oleh SBY dan Demokrat sebagai pengambil keputusan. Untuk meraih suatu yang besar, pengorbanannya juga besar.

Terlihat bahwa dari ketiga pasangan calon kepala daerah diatas, tiga partai besar menjalankan scenario anak tangga dengan melihat peluang pada pilpres 2019.  Tiga tokoh yang akan mengambil peran penting pada pilpres yang akan datang yakni Megawati, SBY dan Prabowo sudah mengatur langkah dan strategi dengan menjadi pilkada DKI sebagai batu loncatan untuk pilpres yang tidak akan lama lagi.

Dengan demikian makanya sangat wajar scenario anak tangga yang dimainkan oleh ke tiga tokoh ini menjadikan pilkada DKI sebagai wujud dari  Pilgub DKI rasa Pilpres 2019.

 #Rahmat Hollyson
#Skenario Anak Tangga
#Pilkada DKI




Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda