12 HAL PENYEBAB KEKALAHAN AHOK-JAROT |
Walau sempat diunggulkan oleh sebahagian pihak akan menang pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, pasangan Ahok-Jarok yang mendapat dukungan mayoritas partai politik, Petahana yang disukai publik, loyalis tim sukses dan relawan, dukungan dana yang sangat kuat, dukungan media cetak dan elektronik, dan lain sebagainya, tetapi akhirnya Ahok-Jarot kalah berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) dari hampir semua lembaga/konsultan yang melakukan hitung cepat.
Disisi lain Ahok-Jarot juga mengakui kekalahannya pada saat
press confrence. Salah satu kalimat yang menarik dari pernyataan Ahok pada saat
itu adalah “Kekuasaan itu tuhan yang kasih, tuhan yang ambil. Tidak ada
seorangpun bisa menjabat tanpa seizin tuhan”. Artinya tanpa seizin Tuhan tidak
akan ada kita umat manusia yang bisa menduduki jabatan tertentu.
Menarik untuk dicermati adalah apa yang menjadi penyebab
kekalahan Ahok-Jarot dengan selisih persentase perolehan suara yang cukup besar
ini, yang mencapai dua digit. Setelah ditelusuri,paling tidak patut ditenggarai
terdapat 12 hal yang menjadi penyebab
kekalahan Ahok-Jarot yakni sebagai tersebut:
1.
Tipikal pemilih/pendukung agus-silvi lebih mirip
dengan anis-sandi dari Ahok-Jarot, sehingga mayoritas pemilih/pendukung
agus-silvi memilih anis-sandi pada putaran kedua.
2.
Munculnya dimedsos pembagian sembako yang cukup
masif yang dilaksanakan oleh tim baju kotak-kotak menimbulkan rasa kurang
simpati dan mengaburkan kesan “kejujuran” yang digadang-gadang dimiliki oleh
Ahok.
3.
Ada beberapa kebijakan Ahok-Jarot yang dianggap
oleh sebagian orang tidak pro rakyat kecil, misalnya penertiban kawasan
pemukiman dengan penggusuran, reklamasi pantai utara dan lain sebagainya
4.
Gaya kepemimpinan Ahok yang tegas dan cendrung arogan
menimbulkan sikap tidak simpati dari sebahagian masyarakat
5.
Perkara hukum yang membelenggu Ahok terkait
dengan pernyataannya tentang surat Almaidah di Pulau seribu.
6.
Vidio kampanye Ahok-Djarot terkesan negatif
dengan pihak tertentu dan diawali dengan kekerasan, berbeda dengan vidio
kampanye anis-sandi yang penuh kesejukan.
7.
Adanya keinginan umat muslim untuk dipimpin oleh
pemimpin muslim.
8.
Munculnya kompetitor segar dan baru yang
dianggap mampu memberikan kesejukan yang karakternya sangat berbeda dengan
karakter Ahok.
9.
Steven efek terhadap TGB Gubernur NTB di bandara
Changi yang cukup viral, menghilangkan rasa simpati terhadap kaum tionghoa pada
saat yang berdekatan dengan pilkada DKI.
10.
Pola kampanye udara yang digunakan ternyata
sulit untuk mengungguli kampanye darat yang dilakukan oleh tim Anis-Sandi.
11.
Mesin partai ternyata tidak efektif untuk
mendorong suara, padahal Ahok-Jarot didukung oleh koalisi gemuk dibanding
Anis-Sandi
12.
Blunder-blunder yang dilakukan oleh Tim
Ahok-Jarot dapat menggerus suara
Tentunya hasil penelusuran ini agar benar-benar valid perlu dilakukan
pembuktian lebih lanjut dengan melakukan crosscek dengan pemilih DKI dan tim
sukses Ahok-Jarot.
Semoga Bermanfaat,
Rahmat Hollyson
Direktur Riset Goverment Riset Institute (GRI)
Yang paling utama alasannya adalah : Tuhan tidak memberi izin paslon no.2 menjabat DKI 1. Terlepas dari semua isu selama Pilkada baik yang real maupun yang diangkat menjadi "Real", apresiasi terhadap Petahana selama melayani rakyat DKI 2 tahun kebelakang perlu diberikan. Menjadi pola baru dalam penanganan Birokrasi dan Pemanfaatan uang rakyat setidaknya, hasil nyata yang telah dirasakan oleh semua kalangan tanpa bias.
ReplyDeleteSalam sukses dan berkarya terus untuk Negeri.
ternyata menguasai media, dana nga terbatas, disukai masyarakat tidak jadi jaminan untuk terpilih (bukan terpilih kembali sebagai gubernur, karena periode sebelumnya jadi wakil gunernur) tanpa seizin yang satu
Delete