Serial Rangkayo : PEMIMPIN PRODUK PILKADA (1) - Kajian Pemerintahan

Wednesday, June 8, 2016

Serial Rangkayo : PEMIMPIN PRODUK PILKADA (1)


Serial Rangkayo Novel Politik,,by Hollyson De Maiza
Tahun 2015 adalah era pemilihan pemimpin baru bagi daerah, baik pemilihan Gubernur, Bupati ataupun Walikota. 269 Daerah melaksanakan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah  tersebut.
Dimana-mana pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara langsung dan serentak ini menjadi topik yang menarik dan hangat untuk diperbincangkan. Karena disadari atau tidak pemilihan kepala daerah ini merupakan proses awal untuk kemajuan daerah. Jika pilkada berhasil memilihdan menghasilkan pemimpin yang jujur, amanah dan berintegritas serta sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, maka ini awal untuk kemajuan yang berarti bagi daerah. Awal daerah mengantungkan nasib ratusan ribu masyarakatnya kepada pemimpin baru.
Begitu juga sebaliknya. Apabila pemimpin yang terpilih adalah tokoh yang mempunya elektabilitas tinggi dan banyak uang serta didukung oleh partai, tetapi tidak jujur, amanah dan integritas serta sesuai dengan kompetensinya dipertanyakan, maka tentunya warna pembangunan daerah juga akan menyesuaikan dengan kemampuan kepala daerah baru tersebut batin rangkayo.
Apakah sistim pemilihan langsung dan serentak yang dilaksanakan sekarang ini akan mampu memilih pemimpin yang mempunyai kompetensi dan integritas. Kalau jawabnya bisa, bagaimana cara sistim pemilihan ini menyeleksi komptensi dan integritas calon kepala daerah kata rangkayo bertanya-tanya didalam hati.
Rangkayo mencoba searching dialog tentang pilkada di Youtube. Terlihat dia asik mengikuti pandangan-pandangan dan pendapat-pendapat para narasumber dalam setiap dialog yang ditontongnya dari youtube tersebut.
Kening rangkayo terlihat mengkerut, sepertinya dia tidak puas dengan dialog pilkada yang ditontonnya barusan. Entah apalagi yang membuat rangkayo kurang puas. Mungkin saja dialok yang ditontonnya tidak memberikan jawaban atau solusi atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenak rangkayo tentang pilkada.
Tiba-tiba telpon rangkayo berdering, dan kemudian terdengar percakapan
“Hallo Bang, apa kabar?”sapa rangkayo dengan akrabnya. Sepertinya yang menelpon adalah teman akrab rangkayo. Karena dari ekspresi wajahnya terlihat rangkayo begitu sumringah.
“Baik, rangkayo apa kabar?” terdengar suara dari seberang sana.
“baik juga, victor lagi dimana?” kata rangkayo
“saya sedang di Jakarta, taragak ketemu rangkayo” kata suara diseberang sana mencoba berlagak menggunakan Bahasa minang. Bahasa leluhur rangkayo. Ternyata yang menelpon rangkayo adalah bang Victor dari Maluku, sahabat rangkayo saat mengikuti pendidikan di lembah manglayang Jatinangor.
“ Siap, bagaimana kalau kita ketemu nanti malam?” tanya rangkayo
“siap, menunggu arahan komandan?” kata victor layaknya jawaban seorang meliter.
“ha ha ha ha, janganlah begitu. Kita ketemu di Kedai Kopi Perjuangan Jam 7 yah”. Kata Rangkayo sambil tertawa senang.
“siap, laksanakan” kata victor tetap bercanda
“nanti saya ajak teman-teman lain” kata rangkayo
“mantap, sampai ketemu nanti malam”kata victor
“siap” kata Rangkayo
Kemudian terlihat rangkayo sibuk menelpon para sahabatnya, memberitahukan kalau mereka kedatangan sahabat lama mereka dari Maluku.
Jam 19.00 WIB satu persatu sahabat Rangkayo bermunculan di Kedai Kopi Perjuangan. Kali ini rangkayo datang pertama. Disusul Uchok, Pache, Teuku, Asep, trisno, Mannopo, dan Wayan.
“Mana victornya?” Tanya pache kepada rangkayo
“mungkin masih dijalan”jawab rangkayo
“kita tunggu aja” Kata Wayan
“Dengar-dengar Victor ikut pemilihan kepala daerah ya?” tanya Teuku
“Aku dengar juga begitu bang” kata Mannopo
Sementara itu terlihat datang mobil pajero putih diparkiran. Dari pintu kiri depan, turunlah sosok lelaki tegap, dengan rambut pendek rapi layaknya tentara datang menghampiri rangkayo dan teman-teman.
“panjang umur. Baru saja kita sedang bicarakan bang Victor. Eh.. orangnya langsung nongol”kata rangkayo
“ha ha ha bisa aja rangkayo “Kata  victor sambil menyalami temannya satu persatu.
Victor menarik salah satu kursi disamping rangkayo. Kemudian dia meletakan handpone dan rokoknya diatas meja sambil mengambil satu batang rokok dan membakarnya.
“dengar-dengar kau maju pilkada tahun ini?” tanya ucok tak sabar kepada victor
“Ya bang, mohon doa restunya” Kata Victor
“mantab bro”kata Pache sambil menyalami Victor dan diikuti oleh teman-teman lainnya.
“aku bangga sama kau” kata ucok menambahkan
“terima kasih atas dukungan teman-teman semua” kata Victor
“Dapat urut berapa bro”tanya Pache
“saya dapat nomor urut 2 dari 3 calon” jawab Pache
“maju dari partai atau independen?” tanya pache lagi
“dari partai bang, kalau dari independen repot. Sepertinya pembuat kebijakan berusaha mempersulit calon dari independen” jawab Victor
“maksudnya dipersulit?” tanya pache penasaran
“kalau aturan yang lama. Dukungan KTP untuk calon independen hanya 2,5% dari jumlah pemilih. Tetapi aturan yang baru 6.5%-10% dari Jumlah penduduk” kata
“ngga salah dengar nih?” tanya mannopo
“maksud kau?”potong ucok
“aturan lama perbandingannya dengan jumlah pemilih, sedangkan aturan baru dengan jumlah penduduk” kata Mannopo
“betul, aturannya begitu sesuai dengan undang-undang pilkada yang baru”kata victor
“Aneh kali, kok bisa begitu ya?”tanya ucok
“Pernah saya baca dalam buku Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna karangan Rahmat Hollyson dan Sri Sundari menjelaskan bahwa kenaikan dukungan KTP untuk calon independen kalau dihitung-hitung mencapai 450% lebih. Jika sebelumnya dukungan KTP yang dibutuhkan oleh calon Walikota dari independen hanya 4.000,- KTP, dengan aturan yang baru ini maka dukungan KTP yang dibutuhkan naik menjadi 18.000an” kata Mannopo
“gile… itu mah bukan kenaikan tapi bentuk upaya penjegalan secara halus”kata Pache
“maksud kau, supaya bakal calon kepala daerah tidak bisa mencalon dari independen ya. Dengan demikian bakal calon yang bisa bersaing dalam pilkada hanya calon-calon yang mampu merapat kepartai”kata Ucok
“Betul bang. mereka yang mampu merapat ke perahu partailah yang akan dapat melenggang mengikuti pemilihan. Sedangkan untuk calon independen  harus berjuang ekstra lagi”kata Victor
“artinya bukan tidak bisa, tetapi lebih dipersulit aja ya?”tanya trisno.
“betul mas” Jawab Trisno singkat
“Saya beberapa hari ini mencoba mengikuti euforia pilkada ini, saya mencoba mencari tahu, bagaimana cara sisim pemilihan kepala daerah secara langsung ini mampu menyentuh ranah kompetensi, integritas, kejujuran, wawasan calon dan lain sebagainya sehingga kepala daerah yang terpilih mempunyai kemampuan dan ranah kompetensi yang benar-benar menjadi pemimpin yang bermanfaat bagi daerahnya. Pemimpin yang benar-benar menjadi seorang negarawan, mengutamakan kepentingan daerah dari pada kepentingan pribadi” kata rangkayo yang dari tadi hanya diam membisu memperhatikan teman-temannya berdiskusi.
“persis rangkayo, saya juga memikirkan hal yang sama” kata pache
“saya belum menemukan tahapan dalam pilkada langsung ini yang menyentuh ranah tersebut. Yang saya lihat persyaratan utama untuk maju dalam pilkada adalah tingkat elektabilitas, dan kekuatan finansial. Kedua faktor ini lah yang paling menguat yang dijadikan alasan utama bagi partai untuk menunjuk calon kepala daerah yang mereka usung” kata rangkayo
“bagaimana pendapat bang victor?”tanya  trisno
“yang aku ikuti, memang untuk pemilihan kepala darah, kriteria utama yang diberikan oleh partai kepada calon adalah tingkat elektabilitas. Setelah itu tentunya adalah kemampuan finansial yang kita miliki.” Kata Victor
“Kalau elektabilitas bisa diperoleh dari hasil survey, trus bagaimana cara mengukur kemampuan finansial”tanya Pache
“mereka tanya kepada kita, berapa kekuatan financial kita” jawab victor
“mereka itu maksudnya partai ya?”tanya trisno
“ya betul” jawab victor singkat
“trus berapa kita harus setoran kepartai?”tanya pache penasaran
“wah… kalau itu saya tidak mungkin membukanya mas, karena sifatnya rahasia. Rahasia ini selalu dijaga oleh partai dan bakal calon kepala daerah”  Jawab Victor
“cerita ke kita-kita, rahasia terjamin kok” kata Pache berusaha membujuk Vicktor
“jangan mas, tapi yang jelas jumlahnya tidak jauh dari cerita-cerita yang berkembang di media”jawab victor
“kisaran berapa?” tanya Pache lagi
“Pache penasaran ya, ntar tanya bang ucok yang tahun depan juga maju pemilihan Bupati” kata Victor menggoda Ucok
“Bah,… fitnah macam apalagi ini” Ujar Ucok protes
Protes ucok disambut ketawa oleh pache dan para sahabatnya. Terlihat pache menghirup kopi panasnya. Sedangkan teuku mengambil sebatang rokok dan mengoleskannya dengan dedak kopi pahit yang selalu menjadi kesukaanya tersebut.
“kenapa rokoknya dikasih kopi?” tanya Victor kepada teuku
“harum kopi arabica ini membuat rokok ini menjadi lebih harum dan semakin mantap rasanya” jawab teuku.
“aku dapat ilmu baru nih.” kata victor sambil mencoba mengambil dedak kopi yang ada digelasnya. Setelah diusapkan kerokoknya kemudian rokok tersebut dibakar dan dihisap oleh victor  
(bersambung.................................. by Hollyson de Maiza)

Bagikan artikel ini

Artikel Menarik Lainnya

Silakan tulis komentar Anda

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)