Serial Rangkayo (Novel Politik) PEMIMPIN PRODUK PILKADA (2) - Kajian Pemerintahan

Thursday, June 9, 2016

Serial Rangkayo (Novel Politik) PEMIMPIN PRODUK PILKADA (2)



Serial Rangkayo (Novel Politik) PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 2) by Hollyson De Maiza
Cerita sebelumnya (bag 1).............................
“aku dapat ilmu baru nih.” kata victor sambil mencoba mengambil dedak kopi yang ada digelasnya. Setelah diusapkan kerokoknya kemudian rokok tersebut dibakar dan dihisap oleh victor ...............................

“wow…  mantap juga ilmu teuku. Rasanya luar biasa” kata victor memuji cara merokoknya teuku.
“kembali ke laptop. apakah selama proses pencalonan bang victor, selain kriteria elektabilitas dan duitsitas, kriteria kapasitas  dan integritas menjadi perhatian utama partai politik?” tanya rangkayo sambil memplesetkan kata kemampuan finansial dengan duitsitas.
“secara lisan verbal, pastilah partai politik juga menyampaikan dan mempertanyakan tentang kompetensi dan integritas serta track record kita, tetapi dari yang pernah saya alami, hal utama yang menjadi konsentrasi mereka adalah elektabilitas dan kekuatan uang” kata victor
“kenapa begitu?” tanya pache
“menurutku dua kriteria tersebut masih logis, alasannya adalah elektabilitas adalah modal dasar bagi calon untuk dapat memenangkan pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Jika elektabilitas calon kepala daerahnya rendah, maka akan kesulitan untuk mendorong atau mengatrol suara pada saat pemilihan. Makanya elektabilitas dijadikan kriteria utama umumnya bagi semua partai politik dalam memilih calon kepala daerah” kata victor coba menjelaskan
“Kan ada media dan uang yang dapat mengatrol suara” kata Pache
“Betul, tapi kan kekuatan media untuk mendokrak popilaritas juga terbatas. Misalnya suatu media mungkin hanya mampu mendongkrak 15% sampai dengan 30% dari suara. Jika elektabilitas awal berada diangka 10%, tentunya jika kita pakai titik atas, angka maksimal yang akan didapatkan hanya 40%. Hitungannya adalah apakah angka 40% tersebut akan memenangkan pemilihan kepala daerah. Tetapi kalau semisalnya elektabilitasnya 25%. Maka jika  jika kita pakai titik atas, angka maksimal yang akan didapatkan diangka 55%. Angka ini tentunya sudah jelas akan memenangkan pemilihan” kata Victor
“Benar juga, bagaimana dengan kekuatan uang?” tanya pache sambil mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan dari victor
“Hampir sama dengan elektabilitas. Tanpa adanya uang tentunya tidak ada dana operasional, termasuk untuk pencitraan. Jika elektabilitas awal tinggi, tanpa didukung oleh kekuatan uang, maka lama-kelamaan elektabilitasnya akan tergerus, akan menurun secara berlahan karena calon kepala daerah lainnya akan terus mencitrakan dirinya untuk meningkatkan elektabilitasnya” kata Victor
“Jadi kalau begini ceritanya, tingkat elektabilitas dan kemampuan finansial menjadi syarat mutlak bagi seorang calon kepala daerah untuk lolos jadi calon dari partai politik. Dan kalau kesimpulan saya ini benar, maka hampir semua calon yang maju sekarang ini harus mempunyai angka elektabilitas yang tinggi dan kemampuan finansial yang kuat untuk dapat memenangkan pemilihan kepala daerah ” kata Pache mencoba untuk menyimpulkan
“tepat sekali” kata victor
“pertanyaan saya belum terjawab” kata rangkayo
“apa itu rangkayo?”
“mengukur kompetensi, integritas dan track record calon” kata rangkayo
“kalau itu sepertinya sulit menjawabnya. Karena menurut saya, kami tidak diuji kompentensi secara komprehensif. Paling diwawancarai tentang visi dan misi serta track record” jawab viktor
“kalau visi dan misi kan bisa dirumuskan oleh tim sukses. Sedangkan track record kan tinggal menjelaskan prestasi kita atau membuat membuat laporan tertulis. Sedangkan kesalahan-kesalahan kita kan tidak mungkin kita laporkan juga. Alhasil hasil wawancara hasilnya bisa positif semua” kata pache
“ya begitulah” jawab viktor singkat
“artinya kau mengamini apa yang disampaikan oleh pache?”tanya ucok
“lebih kurangnya begitu bang”jawab victor
“kalau begitu sepertinya, kompetensi, integritas dan track record calon tidak dapat tergali dengan maksimal, sehingga semua orang tidak dapat mengetahui dengan pasti tentang hal tersebut, termasuk partai politik?” tanya rangkayo
“sepemahaman saya begitu rangkayo” kata Victor
“kita juga kan banyak melihat kapasitas kepala daerah yang ada sekarang. Tidak semua mereka memahami tentang birokrasi. Bahkan ada salah satu kepala daerah pada suatu kesempatan menyampaikan bahwa beliau akan menghukum PNS dengan cara menurunkan jabatannya dari eselon III menjadi Eselon II” Kata Trisno yang disambut dengan ketawa oleh seluruth teman-temannya.
“itulah salah satu contoh jeleknya mekanisme rekruitmen kepala daerah kita sekarang ini. Pemilihannya tidak mampu mengukur apakah calon kepala daerahnya memahami ilmu pemerintahan, termasuk  dalamnya memahami birokrasi pemerintahan” kata rangkayo
“tepat sekali, bahkan masyarakat dipedalamanpun terkadang tidak tahu siapa yang akan mereka pilih. Calonnya saja mereka tidak kenal, apalagi kompetensi, integritas ataupun track recordnya. Orang-orang seperti ini sangat rentan dengan politik uang. Apalagi jika tingkat penghasilannya juga rendah. Penghasilannya hanya mampu memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Dengan demikian lembaran 50 ribu atau bahkan 100 ribu rupiah dapat ditukarkan dengan suara mereka pada saat pencoblosan di bilik suara” kata trisno
“Saya pernah mendengar, bahwa didaerah pedalaman, khususnya daerah papua  bahwa kepala suku dapat mewakili seluruh warganya untuk memberikan suara. Jika kepala suku memilih nomor urut satu, maka satu kampung itu suaranya bulat nomor 1 walaupun warga lainnya tidak ikut memilih” kata mannopo
“ya betul” kata pache (nama sistim pemilihannya apa ya?..........)
“artinya sangat sederhana, suara seorang profesor dengan orang yang tidak tamat SD akan sama kekuatannya dalam pemilihan langsung ini. Seorang pemimpin kelompok juga dapat menentukan suaran seluruh kaumnya untuk diserahkan dalam tanda petik kepada salah satu calon kepala daerah. Semuanya tergantung kepada pendekatan dan lobi-lobi dari calon kepala daerah” kata Mannopo
“jika partai saja yang orangnya sudah terlatih dan terdidik tidak mampu menyentuh ranah kompetensi, integritas dan track record calon kepala daerah, apalagi masyarakat awam?” tanya trisno
“Bagaimana pendapat bang victor atas apa yang disampaikan oleh teman-teman?” tanya mannopo
“Saya pikir saya juga sependapat dengan apa yang disampaikan teman-teman. Kompetensi, integritas bukan menjadi prioritas utama. Indikator utama untuk memenangkan pemilihan adalah elektabilitas dan duitsitas” kata victor menirukan perkataan rangkayo sambil tersenyum.

BACA JUGA :  Serial Rangkayo (Novel Politik) PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 3) by Hollyson De Maiza 



“yang pasti, dengan pemilihan langsung masyarakat punya kesempatan untuk memilih kepala daerahnya, memilih pemimpinnya sendiri. Walau saya juga tidak dapat memastikan bahwa sistim pemilihan yang kita gunakan ini adalah sistim pemilihan yang terbaik”kata Wayan yang dari tadi hanya diam.
“kalau begitu, kalau menyimpulkan sepakatkah kita disini bahwa pemilihan kepala daerah langsung lebih menguntungkan orang-orang yang populer dan punya uang dari pada orang-orang yang punya kompeensi yang baik, integritas yang baik ataupun track record yang baik tetapi tidak punya uang?” tanya rangkayo
“saya setuju” kata pache sambil diikuti oleh teman-teman yang lain dengan isyarat dengan cara mengangguk-angkukan kepalanya.
“kita belum bisa menyimpulkan terlalu cepat” kata trisno
“kenapa mas?”tanya mannopo sambil mengangkat kedua tangannya
“Dari segi prosesnya saya sependapat dengan teman-teman semua. Tetapi kan kita harus menganalisa produk dari sistim pilkada ini. Mana tahu sistim seperti ini dapat menghasilkan kepala daerah yang lebih baik dari pada sistim pemilihan melalui DPRD ataupun sistim penunjukan dan lain sebagainya” kata Trisno.
“betul juga” kata mannopo
“Pemimpin produk pilkada juga menyisakan banyak permasalahan” kata rangkayo
“saya tidak tahu persis, apakah ada hubungan antara kepala daerah yang banyak jadi tersangka dengan sistim pilkada langsung?” tanya mannopo
“ini pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab” kata rangkayo
“kenapa?” tanya pache
“karena ini pertanyaan sebab akibat tentunya kita, tidak bisa menjawabnya begitu saja, tetapi perlu penelitian yang mendalam sehingga kita dapat menjelaskan sebab dan akibatnya. Kalau sebabnya kita sudah bisa rumuskan, akibatnya yang perlu kita tahu” kata rangkayo
“maksud rangkayo?”tanya ucok
“kita kan sudah memahami permasalahan dalam sistim pemilihan kepala daerah. Terutama dengan duitsitas tadi” kata rangkayo sambil tersenyum bercanda
“duitsitas lagi” kata pache sambil tertawa
“calon kepala daerah dibebani dengan ongkos politik yang menurut saya sangat mahal. Milyaran rupiah harus digelontorkan untuk dapat memenangkan  pemilihan kepala daerah secara langsung. Baik untuk biaya supaya perahu bisa berlayar, ataupun biaya untuk kampanye ataupun pencitraan. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk politik uang” kata rangkayo
“trus maksud rangkayo bagaimana?”tanya pache
“maksud saya tentunya kita harus coba memahami apakah yang membuat calon kepala daerah mau mengelontorkan uang begitu besarnya. Dari mana Sumbernya dan lain sebagainya” kata rangkayo
“Bagaimana pengalaman bang victor” tanya mannopo
“yang jelas, saya harus menyiapkan amunisi yang cukup besar untuk dapat memenangkan pemilihan. saya tidak   boleh melangkah setengah-setengah. Ibaratnya mandi harus basah sekalian. Mau ngga mau kita harus menyiapkan dana yang cukup besar untuk dapat memenangkan pemilihan”kata Victor
“sumber dananya dari mana?”tanya pache
“sumbernya berasal dari dana pribadi dan dukungan dari para simpatisan” jawab victor
“Bagaimana pembagiannya” tanya pache
“tidak ada pembagian calon harus menyiapkan dana berapa dan simpatisan berapa. Yang jelas kita harus menghitung berapa ongkos politik yang harus kita keluarkan untuk dapat memenangkan pemilihan kepala daerah ini. Kita lihat kekuatan kita berapa, dan selebihnya kita carikan dana dari simpatisan dan pendukung kita” kata victor

Bagikan artikel ini

Artikel Menarik Lainnya

Silakan tulis komentar Anda

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)