Serial Rangkayo (Novel Politik) PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 2) by Hollyson De Maiza
Cerita sebelumnya (bag 1).............................
“aku dapat ilmu baru nih.” kata
victor sambil mencoba mengambil dedak kopi yang ada digelasnya. Setelah
diusapkan kerokoknya kemudian rokok tersebut dibakar dan dihisap oleh victor ...............................
“wow…
mantap juga ilmu teuku. Rasanya luar biasa” kata victor memuji cara
merokoknya teuku.
“kembali ke laptop. apakah selama proses
pencalonan bang victor, selain kriteria elektabilitas dan duitsitas, kriteria
kapasitas dan integritas menjadi
perhatian utama partai politik?” tanya rangkayo sambil memplesetkan kata kemampuan
finansial dengan duitsitas.
“secara lisan verbal, pastilah partai
politik juga menyampaikan dan mempertanyakan tentang kompetensi dan integritas
serta track record kita, tetapi dari yang pernah saya alami, hal utama yang menjadi
konsentrasi mereka adalah elektabilitas dan kekuatan uang” kata victor
“kenapa begitu?” tanya pache
“menurutku dua kriteria tersebut masih
logis, alasannya adalah elektabilitas adalah modal dasar bagi calon untuk dapat
memenangkan pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Jika elektabilitas calon
kepala daerahnya rendah, maka akan kesulitan untuk mendorong atau mengatrol suara
pada saat pemilihan. Makanya elektabilitas dijadikan kriteria utama umumnya
bagi semua partai politik dalam memilih calon kepala daerah” kata victor coba
menjelaskan
“Kan ada media dan uang yang dapat mengatrol
suara” kata Pache
“Betul, tapi kan kekuatan media untuk
mendokrak popilaritas juga terbatas. Misalnya suatu media mungkin hanya mampu
mendongkrak 15% sampai dengan 30% dari suara. Jika elektabilitas awal berada
diangka 10%, tentunya jika kita pakai titik atas, angka maksimal yang akan
didapatkan hanya 40%. Hitungannya adalah apakah angka 40% tersebut akan
memenangkan pemilihan kepala daerah. Tetapi kalau semisalnya elektabilitasnya
25%. Maka jika jika kita pakai titik
atas, angka maksimal yang akan didapatkan diangka 55%. Angka ini tentunya sudah
jelas akan memenangkan pemilihan” kata Victor
“Benar juga, bagaimana dengan kekuatan
uang?” tanya pache sambil mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan dari victor
“Hampir sama dengan elektabilitas. Tanpa
adanya uang tentunya tidak ada dana operasional, termasuk untuk pencitraan.
Jika elektabilitas awal tinggi, tanpa didukung oleh kekuatan uang, maka
lama-kelamaan elektabilitasnya akan tergerus, akan menurun secara berlahan
karena calon kepala daerah lainnya akan terus mencitrakan dirinya untuk
meningkatkan elektabilitasnya” kata Victor
“Jadi kalau begini ceritanya, tingkat
elektabilitas dan kemampuan finansial menjadi syarat mutlak bagi seorang calon
kepala daerah untuk lolos jadi calon dari partai politik. Dan kalau kesimpulan
saya ini benar, maka hampir semua calon yang maju sekarang ini harus mempunyai
angka elektabilitas yang tinggi dan kemampuan finansial yang kuat untuk dapat
memenangkan pemilihan kepala daerah ” kata Pache mencoba untuk menyimpulkan
“tepat sekali” kata victor
“pertanyaan saya belum terjawab” kata
rangkayo
“apa itu rangkayo?”
“mengukur kompetensi, integritas dan track
record calon” kata rangkayo
“kalau itu sepertinya sulit menjawabnya.
Karena menurut saya, kami tidak diuji kompentensi secara komprehensif. Paling
diwawancarai tentang visi dan misi serta track record” jawab viktor
“kalau visi dan misi kan bisa dirumuskan
oleh tim sukses. Sedangkan track record kan tinggal menjelaskan prestasi kita atau
membuat membuat laporan tertulis. Sedangkan kesalahan-kesalahan kita kan tidak
mungkin kita laporkan juga. Alhasil hasil wawancara hasilnya bisa positif
semua” kata pache
“ya begitulah” jawab viktor singkat
“artinya kau mengamini apa yang disampaikan
oleh pache?”tanya ucok
“lebih kurangnya begitu bang”jawab victor
“kalau begitu sepertinya, kompetensi,
integritas dan track record calon tidak dapat tergali dengan maksimal, sehingga
semua orang tidak dapat mengetahui dengan pasti tentang hal tersebut, termasuk
partai politik?” tanya rangkayo
“sepemahaman saya begitu rangkayo” kata
Victor
“kita juga kan banyak melihat kapasitas
kepala daerah yang ada sekarang. Tidak semua mereka memahami tentang birokrasi.
Bahkan ada salah satu kepala daerah pada suatu kesempatan menyampaikan bahwa
beliau akan menghukum PNS dengan cara menurunkan jabatannya dari eselon III
menjadi Eselon II” Kata Trisno yang disambut dengan ketawa oleh seluruth
teman-temannya.
“itulah salah satu contoh jeleknya mekanisme
rekruitmen kepala daerah kita sekarang ini. Pemilihannya tidak mampu mengukur
apakah calon kepala daerahnya memahami ilmu pemerintahan, termasuk dalamnya memahami birokrasi pemerintahan”
kata rangkayo
“tepat sekali, bahkan masyarakat
dipedalamanpun terkadang tidak tahu siapa yang akan mereka pilih. Calonnya saja
mereka tidak kenal, apalagi kompetensi, integritas ataupun track recordnya.
Orang-orang seperti ini sangat rentan dengan politik uang. Apalagi jika tingkat
penghasilannya juga rendah. Penghasilannya hanya mampu memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari. Dengan demikian lembaran 50 ribu atau bahkan 100 ribu rupiah dapat
ditukarkan dengan suara mereka pada saat pencoblosan di bilik suara” kata
trisno
“Saya pernah mendengar, bahwa didaerah
pedalaman, khususnya daerah papua bahwa
kepala suku dapat mewakili seluruh warganya untuk memberikan suara. Jika kepala
suku memilih nomor urut satu, maka satu kampung itu suaranya bulat nomor 1
walaupun warga lainnya tidak ikut memilih” kata mannopo
“ya betul” kata pache
(nama sistim pemilihannya apa ya?..........)
“artinya sangat sederhana, suara seorang
profesor dengan orang yang tidak tamat SD akan sama kekuatannya dalam pemilihan
langsung ini. Seorang pemimpin kelompok juga dapat menentukan suaran seluruh
kaumnya untuk diserahkan dalam tanda petik kepada salah satu calon kepala
daerah. Semuanya tergantung kepada pendekatan dan lobi-lobi dari calon kepala
daerah” kata Mannopo
“jika partai saja yang orangnya sudah
terlatih dan terdidik tidak mampu menyentuh ranah kompetensi, integritas dan
track record calon kepala daerah, apalagi masyarakat awam?” tanya trisno
“Bagaimana pendapat bang victor atas apa
yang disampaikan oleh teman-teman?” tanya mannopo
“Saya pikir saya juga sependapat dengan apa
yang disampaikan teman-teman. Kompetensi, integritas bukan menjadi prioritas
utama. Indikator utama untuk memenangkan pemilihan adalah elektabilitas dan
duitsitas” kata victor menirukan perkataan rangkayo sambil tersenyum.
BACA JUGA : Serial Rangkayo (Novel Politik) PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 3) by Hollyson De Maiza
“yang pasti, dengan pemilihan langsung masyarakat punya kesempatan untuk memilih kepala daerahnya, memilih pemimpinnya sendiri. Walau saya juga tidak dapat memastikan bahwa sistim pemilihan yang kita gunakan ini adalah sistim pemilihan yang terbaik”kata Wayan yang dari tadi hanya diam.
“kalau begitu, kalau menyimpulkan sepakatkah
kita disini bahwa pemilihan kepala daerah langsung lebih menguntungkan
orang-orang yang populer dan punya uang dari pada orang-orang yang punya
kompeensi yang baik, integritas yang baik ataupun track record yang baik tetapi
tidak punya uang?” tanya rangkayo
“saya setuju” kata pache sambil diikuti oleh
teman-teman yang lain dengan isyarat dengan cara mengangguk-angkukan kepalanya.
“kita belum bisa menyimpulkan terlalu cepat”
kata trisno
“kenapa mas?”tanya mannopo sambil mengangkat
kedua tangannya
“Dari segi prosesnya saya sependapat dengan
teman-teman semua. Tetapi kan kita harus menganalisa produk dari sistim pilkada
ini. Mana tahu sistim seperti ini dapat menghasilkan kepala daerah yang lebih
baik dari pada sistim pemilihan melalui DPRD ataupun sistim penunjukan dan lain
sebagainya” kata Trisno.
“betul juga” kata mannopo
“Pemimpin produk pilkada juga menyisakan
banyak permasalahan” kata rangkayo
“saya tidak tahu persis, apakah ada hubungan
antara kepala daerah yang banyak jadi tersangka dengan sistim pilkada
langsung?” tanya mannopo
“ini pertanyaan yang cukup sulit untuk
dijawab” kata rangkayo
“kenapa?” tanya pache
“karena ini pertanyaan sebab akibat tentunya
kita, tidak bisa menjawabnya begitu saja, tetapi perlu penelitian yang mendalam
sehingga kita dapat menjelaskan sebab dan akibatnya. Kalau sebabnya kita sudah
bisa rumuskan, akibatnya yang perlu kita tahu” kata rangkayo
“maksud rangkayo?”tanya ucok
“kita kan sudah memahami permasalahan dalam
sistim pemilihan kepala daerah. Terutama dengan duitsitas tadi” kata rangkayo
sambil tersenyum bercanda
“duitsitas lagi” kata pache sambil tertawa
“calon kepala daerah dibebani dengan ongkos
politik yang menurut saya sangat mahal. Milyaran rupiah harus digelontorkan
untuk dapat memenangkan pemilihan kepala
daerah secara langsung. Baik untuk biaya supaya perahu bisa berlayar, ataupun
biaya untuk kampanye ataupun pencitraan. Belum lagi biaya yang harus
dikeluarkan untuk politik uang” kata rangkayo
“trus maksud rangkayo bagaimana?”tanya pache
“maksud saya tentunya kita harus coba
memahami apakah yang membuat calon kepala daerah mau mengelontorkan uang begitu
besarnya. Dari mana Sumbernya dan lain sebagainya” kata rangkayo
“Bagaimana pengalaman bang victor” tanya
mannopo
“yang jelas, saya harus menyiapkan amunisi
yang cukup besar untuk dapat memenangkan pemilihan. saya tidak boleh
melangkah setengah-setengah. Ibaratnya mandi harus basah sekalian. Mau ngga mau
kita harus menyiapkan dana yang cukup besar untuk dapat memenangkan
pemilihan”kata Victor
“sumber dananya dari mana?”tanya pache
“sumbernya berasal dari dana pribadi dan dukungan
dari para simpatisan” jawab victor
“Bagaimana pembagiannya” tanya pache
“tidak ada pembagian calon
harus menyiapkan dana berapa dan simpatisan berapa. Yang jelas kita harus
menghitung berapa ongkos politik yang harus kita keluarkan untuk dapat memenangkan
pemilihan kepala daerah ini. Kita lihat kekuatan kita berapa, dan selebihnya
kita carikan dana dari simpatisan dan pendukung kita” kata victor