Serial Rangkayo (Novel Politik) PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 3) by Hollyson De Maiza
Serial Rangkayo (Novel Politik) "DISAAT HARUS MEMILIH"Bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 4)
“Saya, tidak berkata demikian, karena saya juga tidak tahu persis apa yang terjadi. Yang saya tahu prakteknya pada saat tes wawancara masih berlangsung, undangan untuk pelaksanaan pelantikan juga beredar” kata mannopo.
bagian 2 ................................
“tidak ada pembagian calon harus menyiapkan
dana berapa dan simpatisan berapa. Yang jelas kita harus menghitung berapa
ongkos politik yang harus kita keluarkan untuk dapat memenangkan pemilihan
kepala daerah ini. Kita lihat kekuatan kita berapa, dan selebihnya kita carikan
dana dari simpatisan dan pendukung kita” kata victor ..........................
“berapa total dana yang dibutuhkan?” tanya
pache semakin bersemangat
“kalau kami membutuhkan lebih kurang 3,5
Milyar, tetapi semakin besar dana yang terkumpul semakin banyak yang bisa kita
lakukan untuk meningkatkan elektabilitas” kata Victor
“trus ada bargaining atau komitmen ngga
dengan donaturnya?” tanya mannopo
“komitmen tentu ada, tapi saya tidak bisa menjelaskannya
kepada teman-teman… maaf ”kata viktor.
“ya bro, kita mengerti” kata pache
“tapi saya yakin kau harus membalas jasa
mereka jika kau terpilih” kata ucok
Viktor menjawabnya dengan tersenyum tanpa
menjawab apa yang disampaikan oleh ucok. Kemudian terlihat viktor mengambil
sebatang rokok dan mengoleskan dedak kopi seperti kebiasaan yang dilakukan oleh
teuku.
“sepemahaman saya yang pendek, saya sangat
yakin bahwa ada komitmen diantara calon dengan donaturnya. Biaya kampanye yang
dikeluarkan oleh donatur mesti dikembalikan jika calon yang diusungnya menang.
Caranya dengan berbagi proyek, atau mendudukan seseorang yang dekat dengan
donatur dalam jabatan tertentu dan lain sebagainya. Tetapi yang pengembalian
dana kampanye donatur dalam bentuk uang jarang sekali saya dengar” kata
rangkayo.
“ya betul, saya setuju. Dengan demikian
kepala terpilih harus membalas jasa kepada para pendukung atau tim
suksesnya”kata trisno
“saya rasa inilah titik awal timbul
permasalahan bagi kepala daerah terpilih. Dengan adanya komitmen-komitmen
dengan pendkung atau tim sukses, kepala daerah tidak bisa menjadi dirinya
sendiri. Dia juga harus mengakomodir aspirasi tim sukses” kata rangkayo
“apakah ini titik awal maraknya kasus korupsi yang menjerat kepala daerah?” tanya
pache
“menurut pendapat saya demikian. Pundi-pundi
yang telah kosong harus segera diisi kembali. Dari mana pundi-pundi bisa diisi.
Jawabannya adalah dari kewenangan yang begitu luas yang dimiliki oleh kepala
daerah, termasuk kewenangan dalam mengelola anggaran?” kata rangkayo
“masuk akal juga” kata pache
“tetapi semua itu harus kita buktikan supaya
tidak timbul fitnah. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah apakah kepala
daerah yang tersandung dengan kasus korupsi jika kita wawancarai akan mau
menjawab apa adanya, menjawab dengan jujur?” tanya rangkayo
“ngga mungkinlah”kata ucok
“mungkin saja”kata pache
“bagaimana caranya?”tanya ucok
“ya kita bujuklah”kata pache
“kalau dia tidak mau?”tanya pache lagi
“kalau dia ngga mau, ya ngga
terjawablah”kata pache sambil tertawa menggoda ucok
“sama juga boong dong”kata ucok sambil
tersenyum
Mereka terlihat begitu akrab, saling
bercanda, saling menggoda. Tetapi disaat pembicaraan mulai serius, mereka
mencoba untuk langsung serius.
“peluangnya sangat tipis, tetapi tetap saja
masih ada peluangnya. Misalnya dengan cara memberikan jaminan bahwa apa yang
disampaikan kerahasiaannya benar-benar terjamin, tidak akan bocor” kata
rangkayo
“mana mungkin mereka mau menempuh resiko
seperti itu”kata pache.
“tetap mungkin, walau peluangnya tipis.
Tetapi secara pribadi saya meyakini bahwa praktek seperti ini akan terjadi”
kata rangkayo
“bagaimana rangkayo begitu yakin?”tanya
Pache
“banyak hal yang mengindikasikan kesana.
Coba saja kita perhatikan secara seksama. Siapa pemenang proyek-proyek yang
ada. Bagaimana proses tender proyeknya dan lain sebagainya.”kata rangkayo
“betul juga. Dari pemenang proyek kita dapat
mengetahui apakah yang memenangkan proyek tersebut ada kaitannya dengan kepala
daerah atau tidak, atau ada kaitan dengan tim suksesnya atau tidak” kata
mannopo
“tepat sekali. Itulah yang saya maksud” kata
rangkayo
“ya sangat bisa terlihat” kata pache
“begitu juga dengan proses penempatan
ataupun promosi jabatan. Kita bisa mengukur, apakah pejabat yang dipromosikan
adalah orang yang berprestasi, orang yang mempunyai kinerja baik atau
tidak”kata rangkayo
“atau orang yang dekat dengan sang kepala
daerah” kata mannopo
“ya dari situ kita juga dapat mengetahui
apakah promosi pegawai berdasarkan kinerja atau kedekatan”kata rangkayo
“tapi dalam penempatan pegawai dalam jabatan
kan ada tim baperjakatnya, kepala daerah tidak bisa memutuskan sendiri”kata
trisno
“itu teorinya mas. Prakteknya terserah
kepala daerahnya” kata Pache
“bahkan ada juga kejadian yang menarik
tentang promosi jabatan”kata mannopo\
“apa itu?” tanya pache
“undang-undang ASN kan menghendaki untuk
penempatan pegawai dalam eselon II, kalau dalam istilah UU ASN saya lupa,
pejabat tinggi apa gitu…. Maka perlu dilaksanakan seleksi terbuka”kata mannopo
“Kalau itu mah biasa, bukan aneh. Anehnya
dimana?” tanya ucok setengah protes
“bang ucok kebiasaan motong sih, saya kan
belum selesai”kata mannopo
“ya kau lanjutkanlah”ujar Ucok
“Nah disaat masih dilaksanakan tes
wawancara, tiba-tiba undangan sudah beredar” kata mannopo
“undangan apa?” tanya pache
“maksud kau undangan pelantikan?” tanya ucok
juga penasaran
“Nah… bang ucok penasaran kan? “kata Mannopo
menggoda ucok
“cepatlah” kata ucok semakin tidak sabar
“ha ha ha ha, penasaran ni ye” kata mannopo
semakin menggoda
“tak usah ceritalah kau” kata ucok mulai
terpancing
“betul bang. Undangan pelantikan untuk
promosi jabatan. Tes wawancaranya saja belum selesai, tetapi udangan
pelantikannya sudah beredar” kata Mannopo
“artinya yang mau dilantik sudah ketauan
dong?” tanya pache
“ngga ngertilah bang, faktanya yang jelas
begitu. Apakah hasil wawancara masih mempengaruhi hasil atau tidak hanya
pejabatnya dan tuhan yang tahu. Kita kan hanya bisa menduga-duga” Mannopo
“Menarik juga. Ini Fenomena baru dimana
aturan secara formil ditegakan, sedangkan hasilnya sudah ada skenario
tersendiri. Artinya out put dari proses yang dilaksanakan tidak memberikan arti
lagi ya? “ tanya pache
Serial Rangkayo (Novel Politik) "DISAAT HARUS MEMILIH"Bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 4)
“Saya, tidak berkata demikian, karena saya juga tidak tahu persis apa yang terjadi. Yang saya tahu prakteknya pada saat tes wawancara masih berlangsung, undangan untuk pelaksanaan pelantikan juga beredar” kata mannopo.
“kalau begitu kita berprasangka baik
sajalah, walau prakteknya tidak baik” kata pache
“itu tetap saja namanya berprasangka jelek”
kata mannopo mengingatkan.
“Tetapi sistim pemilihan langsung kan juga
memberikan manfaat yang besar. Kepala daerah yang terpilih mendapatkan
legitimasi yang kuat karena dipilih langsung dari masyarakat” kata pache
“memang ada kepala daerah yang tidak
mendapatkan legitimasi?” tanya trisno
“Ada juga kepala daerah yang mendapatkan
penolakan dari masyarakat” kata Pache
“ya. Itu zaman dahulu. Waktu sistimnya masih
penunjukan” kata Mannopo
“legitimasi masyarakat sejalan dengan apa
yang dilakukan oleh kepala daerah terhadap daerah dan masyarakatnya. Memang pada tahap awal, kepala daerah yang
terpilih melalui pemilihan langsung, mempunyai legitimasi yang kuat dari
masyarakat. Legitimasi ini hanya bersifat sementara, selanjutnya tergantung
dengan kinerja kepala daerah itu sendiri”kata rangkayo
“maksud kau bagaimana?” kata ucok
“maksudnya legitimasi yang sesungguhnya
diperoleh dari kinerja kepala daerah itu sendiri, apabila apa yang dilakukan
oleh masyarakat mendapat simpati oleh masyarakat, maka legitimasinya akan
semakin menguat. Begitu juga sebaliknya jika apa yang dikerjakan oleh kepala
daerah tidak disukai rakyat, apalagi jika sempat terjerat kasus hukum, maka
dengan sendirinya legitimasi itu akan luntur dan memudar.”kata rangkayo
“betul rangkayo, kepala daerah yang
berprestasi tentunya akan selalu dielu-elukan dan dirindukan oleh masyarakat.
Sedangkan kepala daerah yang tersandung masalah dan terjerat kasus korupsi
tentu dengan sendirinya akan kehilangan
legitimasinya. Artinya legitimasi awal yang diperoleh melalui pemilihan kepala
daerah secara langsung akhirnya akan menyesuaikan sendirinya dengan kinerja
sang kepala daerah” ujar teuku
“makudnya legitimasi atau pengakuan yang
kuat dari hasil pemilihan langsung tidak akan berpengaruh kuat setelah kepala
daerah bekerja”? tanya pache
“menurut pendapatku begitu” kata teuku
“trus untuk apa negara harus membayar mahal,
dan calon kepala daerah harus merogoh kantong dalam-dalam demi membayar biaya
politik yang mahal?”tanya pache
“untuk menjalankan demokrasi, dengan
pemilihan langsung kita dianggap sebagai negara yang sukses melaksanakan
demokrasi” jawab teuku
“manfaatnya apa?” tanya pache
“manfaatnya disanjung dan dipuji negara
lain” jawab teuku
“saya seriusss”kata pache protes
“saya juga serius pache. Menurut kacamata
saya pemilihan langsung tidak memberikan manfaat yang signifikan untuk
kesejahteraan rakyat, tetapi bermanfaat untuk mendapatkan pengakuan dunia kalau
kita adalah negara yang demokrasi” kata teuku
“maksud kau?” tanya ucok
“maksud saya bang. Demokrasi merupakan salah
satu alat untuk memilih pemimpin. Bukan menjadikan cara untuk mencapai
kesejahteraan rakyat yang merupakan tujuan berbangsa dan bernegara” ujar teuku
“benar juga” jawab ucok sambil
mengangguk-angguk