Serial Rangkayo (Novel Politik) : DISAAT HARUS MEMILIH" bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 3) by Hollyson De Maiza - Kajian Pemerintahan

Thursday, June 9, 2016

Serial Rangkayo (Novel Politik) : DISAAT HARUS MEMILIH" bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 3) by Hollyson De Maiza

Serial Rangkayo (Novel Politik) PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 3) by Hollyson De Maiza


bagian 2 ................................
“tidak ada pembagian calon harus menyiapkan dana berapa dan simpatisan berapa. Yang jelas kita harus menghitung berapa ongkos politik yang harus kita keluarkan untuk dapat memenangkan pemilihan kepala daerah ini. Kita lihat kekuatan kita berapa, dan selebihnya kita carikan dana dari simpatisan dan pendukung kita” kata victor ..........................



“berapa total dana yang dibutuhkan?” tanya pache semakin bersemangat
“kalau kami membutuhkan lebih kurang 3,5 Milyar, tetapi semakin besar dana yang terkumpul semakin banyak yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan elektabilitas” kata Victor
“trus ada bargaining atau komitmen ngga dengan donaturnya?” tanya mannopo
“komitmen tentu ada, tapi saya tidak bisa menjelaskannya kepada teman-teman… maaf ”kata viktor.
“ya bro, kita mengerti” kata pache
“tapi saya yakin kau harus membalas jasa mereka jika kau terpilih” kata ucok
Viktor menjawabnya dengan tersenyum tanpa menjawab apa yang disampaikan oleh ucok. Kemudian terlihat viktor mengambil sebatang rokok dan mengoleskan dedak kopi seperti kebiasaan yang dilakukan oleh teuku.
“sepemahaman saya yang pendek, saya sangat yakin bahwa ada komitmen diantara calon dengan donaturnya. Biaya kampanye yang dikeluarkan oleh donatur mesti dikembalikan jika calon yang diusungnya menang. Caranya dengan berbagi proyek, atau mendudukan seseorang yang dekat dengan donatur dalam jabatan tertentu dan lain sebagainya. Tetapi yang pengembalian dana kampanye donatur dalam bentuk uang jarang sekali saya dengar” kata rangkayo.
“ya betul, saya setuju. Dengan demikian kepala terpilih harus membalas jasa kepada para pendukung atau tim suksesnya”kata trisno
“saya rasa inilah titik awal timbul permasalahan bagi kepala daerah terpilih. Dengan adanya komitmen-komitmen dengan pendkung atau tim sukses, kepala daerah tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Dia juga harus mengakomodir aspirasi tim sukses” kata rangkayo
“apakah ini titik awal maraknya kasus  korupsi yang menjerat kepala daerah?” tanya pache
“menurut pendapat saya demikian. Pundi-pundi yang telah kosong harus segera diisi kembali. Dari mana pundi-pundi bisa diisi. Jawabannya adalah dari kewenangan yang begitu luas yang dimiliki oleh kepala daerah, termasuk kewenangan dalam mengelola anggaran?” kata rangkayo
“masuk akal juga” kata pache
“tetapi semua itu harus kita buktikan supaya tidak timbul fitnah. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah apakah kepala daerah yang tersandung dengan kasus korupsi jika kita wawancarai akan mau menjawab apa adanya, menjawab dengan jujur?” tanya rangkayo
“ngga mungkinlah”kata ucok
“mungkin saja”kata pache
“bagaimana caranya?”tanya ucok
“ya kita bujuklah”kata pache
“kalau dia tidak mau?”tanya pache lagi
“kalau dia ngga mau, ya ngga terjawablah”kata pache sambil tertawa menggoda ucok
“sama juga boong dong”kata ucok sambil tersenyum
Mereka terlihat begitu akrab, saling bercanda, saling menggoda. Tetapi disaat pembicaraan mulai serius, mereka mencoba untuk langsung serius.
“peluangnya sangat tipis, tetapi tetap saja masih ada peluangnya. Misalnya dengan cara memberikan jaminan bahwa apa yang disampaikan kerahasiaannya benar-benar terjamin, tidak akan bocor” kata rangkayo
“mana mungkin mereka mau menempuh resiko seperti itu”kata pache.
“tetap mungkin, walau peluangnya tipis. Tetapi secara pribadi saya meyakini bahwa praktek seperti ini akan terjadi” kata rangkayo
“bagaimana rangkayo begitu yakin?”tanya Pache
“banyak hal yang mengindikasikan kesana. Coba saja kita perhatikan secara seksama. Siapa pemenang proyek-proyek yang ada. Bagaimana proses tender proyeknya dan lain sebagainya.”kata rangkayo
“betul juga. Dari pemenang proyek kita dapat mengetahui apakah yang memenangkan proyek tersebut ada kaitannya dengan kepala daerah atau tidak, atau ada kaitan dengan tim suksesnya atau tidak” kata mannopo
“tepat sekali. Itulah yang saya maksud” kata rangkayo
“ya sangat bisa terlihat” kata pache
“begitu juga dengan proses penempatan ataupun promosi jabatan. Kita bisa mengukur, apakah pejabat yang dipromosikan adalah orang yang berprestasi, orang yang mempunyai kinerja baik atau tidak”kata rangkayo
“atau orang yang dekat dengan sang kepala daerah” kata mannopo
“ya dari situ kita juga dapat mengetahui apakah promosi pegawai berdasarkan kinerja atau kedekatan”kata rangkayo
“tapi dalam penempatan pegawai dalam jabatan kan ada tim baperjakatnya, kepala daerah tidak bisa memutuskan sendiri”kata trisno
“itu teorinya mas. Prakteknya terserah kepala daerahnya” kata Pache
“bahkan ada juga kejadian yang menarik tentang promosi jabatan”kata mannopo\
“apa itu?” tanya pache
“undang-undang ASN kan menghendaki untuk penempatan pegawai dalam eselon II, kalau dalam istilah UU ASN saya lupa, pejabat tinggi apa gitu…. Maka perlu dilaksanakan seleksi terbuka”kata mannopo
“Kalau itu mah biasa, bukan aneh. Anehnya dimana?” tanya ucok setengah protes
“bang ucok kebiasaan motong sih, saya kan belum selesai”kata mannopo
“ya kau lanjutkanlah”ujar Ucok
“Nah disaat masih dilaksanakan tes wawancara, tiba-tiba undangan sudah beredar” kata mannopo
“undangan apa?” tanya pache
“maksud kau undangan pelantikan?” tanya ucok juga penasaran
“Nah… bang ucok penasaran kan? “kata Mannopo menggoda ucok
“cepatlah” kata ucok semakin tidak sabar
“ha ha ha ha, penasaran ni ye” kata mannopo semakin menggoda
“tak usah ceritalah kau” kata ucok mulai terpancing
“betul bang. Undangan pelantikan untuk promosi jabatan. Tes wawancaranya saja belum selesai, tetapi udangan pelantikannya sudah beredar” kata Mannopo
“artinya yang mau dilantik sudah ketauan dong?” tanya pache
“ngga ngertilah bang, faktanya yang jelas begitu. Apakah hasil wawancara masih mempengaruhi hasil atau tidak hanya pejabatnya dan tuhan yang tahu. Kita kan hanya bisa menduga-duga” Mannopo
“Menarik juga. Ini Fenomena baru dimana aturan secara formil ditegakan, sedangkan hasilnya sudah ada skenario tersendiri. Artinya out put dari proses yang dilaksanakan tidak memberikan arti lagi ya? “ tanya pache

Serial Rangkayo (Novel Politik) "DISAAT HARUS MEMILIH"Bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 4)

“Saya, tidak berkata demikian, karena saya juga tidak tahu persis apa yang terjadi. Yang saya tahu prakteknya pada saat tes wawancara masih berlangsung, undangan untuk pelaksanaan pelantikan juga beredar” kata mannopo.
“kalau begitu kita berprasangka baik sajalah, walau prakteknya tidak baik” kata pache
“itu tetap saja namanya berprasangka jelek” kata mannopo mengingatkan.
“Tetapi sistim pemilihan langsung kan juga memberikan manfaat yang besar. Kepala daerah yang terpilih mendapatkan legitimasi yang kuat karena dipilih langsung dari masyarakat” kata pache
“memang ada kepala daerah yang tidak mendapatkan legitimasi?” tanya trisno
“Ada juga kepala daerah yang mendapatkan penolakan dari masyarakat” kata Pache
“ya. Itu zaman dahulu. Waktu sistimnya masih penunjukan” kata Mannopo
“legitimasi masyarakat sejalan dengan apa yang dilakukan oleh kepala daerah terhadap daerah dan masyarakatnya.  Memang pada tahap awal, kepala daerah yang terpilih melalui pemilihan langsung, mempunyai legitimasi yang kuat dari masyarakat. Legitimasi ini hanya bersifat sementara, selanjutnya tergantung dengan kinerja kepala daerah itu sendiri”kata rangkayo
“maksud kau bagaimana?” kata ucok
“maksudnya legitimasi yang sesungguhnya diperoleh dari kinerja kepala daerah itu sendiri, apabila apa yang dilakukan oleh masyarakat mendapat simpati oleh masyarakat, maka legitimasinya akan semakin menguat. Begitu juga sebaliknya jika apa yang dikerjakan oleh kepala daerah tidak disukai rakyat, apalagi jika sempat terjerat kasus hukum, maka dengan sendirinya legitimasi itu akan luntur dan memudar.”kata rangkayo
“betul rangkayo, kepala daerah yang berprestasi tentunya akan selalu dielu-elukan dan dirindukan oleh masyarakat. Sedangkan kepala daerah yang tersandung masalah dan terjerat kasus korupsi tentu  dengan sendirinya akan kehilangan legitimasinya. Artinya legitimasi awal yang diperoleh melalui pemilihan kepala daerah secara langsung akhirnya akan menyesuaikan sendirinya dengan kinerja sang kepala daerah” ujar teuku
“makudnya legitimasi atau pengakuan yang kuat dari hasil pemilihan langsung tidak akan berpengaruh kuat setelah kepala daerah bekerja”? tanya pache
“menurut pendapatku begitu” kata teuku
“trus untuk apa negara harus membayar mahal, dan calon kepala daerah harus merogoh kantong dalam-dalam demi membayar biaya politik yang mahal?”tanya pache
“untuk menjalankan demokrasi, dengan pemilihan langsung kita dianggap sebagai negara yang sukses melaksanakan demokrasi” jawab teuku
“manfaatnya apa?” tanya pache
“manfaatnya disanjung dan dipuji negara lain” jawab teuku
“saya seriusss”kata pache protes
“saya juga serius pache. Menurut kacamata saya pemilihan langsung tidak memberikan manfaat yang signifikan untuk kesejahteraan rakyat, tetapi bermanfaat untuk mendapatkan pengakuan dunia kalau kita adalah negara yang demokrasi” kata teuku
“maksud kau?” tanya ucok
“maksud saya bang. Demokrasi merupakan salah satu alat untuk memilih pemimpin. Bukan menjadikan cara untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang merupakan tujuan berbangsa dan bernegara” ujar teuku
“benar juga” jawab ucok sambil mengangguk-angguk

Bagikan artikel ini

Artikel Menarik Lainnya

Silakan tulis komentar Anda

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)