Serial Rangkayo (Novel Politik) "DISAAT HARUS MEMILIH"Bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 4) by Hollyson De Maiza - Kajian Pemerintahan

Friday, June 10, 2016

Serial Rangkayo (Novel Politik) "DISAAT HARUS MEMILIH"Bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 4) by Hollyson De Maiza


Serial Rangkayo (Novel Politik) "DISAAT HARUS MEMILIH"Bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 4) by Hollyson De Maiza .............................. 
...................................................
“tidak aja jaminan suatu negara akan mampu memberikan kesejahteraan yang tinggi kepada masyarakatnya jika melaksanakan sistim demokrasi. Begitu juga sebaliknya banyak juga negara yang tidak menerapkan sistim demokrasi tetapi rakyat nya sejahtera”kata teuku
“semakin pintar aja kau” kata ucok memuji argumen teuku
“dari dulu aku juga pintar, abang aja yang meragukannya selama ini” kata teuku menjawab candaan ucok.
“ya. Saya setuju dengan teuku, demokrasi adalah alat bukan tujuan negara, tetapi keberhasilan pelaksanaan demokrasi dianggap sebagai keberhasilan besar dalam pencapai tujuan negara. Padahal tujuan negara bukan demokrasi tetapi adalah kesejahteraan bagi seluruh masyarakat indonesia” kata rangkayo.
“saya setuju dengan rangkayo” kata ucok
“Dasar negara kita juga menjelaskan bahwa tidak ada keharusan untuk melaksanakan pemilihan langsung. Lihat saja dalam sila ke 4 pancasila. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyaratan perwakilan.” kata rangkayo
“kalau kita melaksanakan sistim pemilihan perwakilan berarti juga tidak ada juga yang salah dong” kata teuku
“kalau kita cermati sila ke empat, tentunya jelas tidak ada yang salah” kata rangkayo
“tetapi kenapa saat pemilihan kepala daerah dikembalikan ke DPRD banyak orang yang kecewa”kata pache
“Yang banyak itu berapa orang, paling juga yang protes tidak sampai 5% dari jumlah penduduk Indonesia” kata Teuku
“tapi kan gaungnya besar dan didengarkan oleh penguasa” kata pache
“pache, saya masih ingat dalam sebuah dialog di Pro3 RRI, tanggal 8 Mei 2014 Kapuspen  kementrian dalam negeri Didik Suprayitno  menjelaskan bahwa sampai dengan Desember 2013 itu, kepala daerah maupun wakilnya yang tersangkut hukum, termasuk korupsi, itu 313 orang. Kemudian sampai hari ini menjadi 324 orang, di antaranya dalam kasus korupsi,” kata teuku
“artinya makin maraknya kasus korupsi kepala daerah patut diyakini bahwa salah satu penyebabnya adalah mahalnya ongkos politik yang harus ditanggung oleh calon kepala daerah sebagai konsekwensi pelaksaan sistim pemilihan kepala daerah secara langsung”kata rangkayo
“wah, banyak kali ya”kata ucok
“Sah-sah saja sistim pemilihan kepala daerah secara langsung, tetapi calon kepala daerah harus dipermudah dan dihindari dari beban-beban ongkos politik yang mahal. Sehingga disaat terpilih, mereka dapat bekerja dengan baik dan terlepas dari intervensi pihak manapun termasuk kepala daerah bayangan” kata rangkayo
“siapa pula kepala daerah bayangan yang  kau maksudkan rangkayo?” tanya ucok
“itulah tim sukses kepala daerah terpilih. Terkadang mereka punya kewenangan yang cukup besar sehingga bisa mempengaruhi bahkan mengatur kebijakan yang akan ditetapkan oleh sang kepala daerah” kata rangkayo
“wah kacau itu” kata ucok
“makanya bang, negara diwajibkan menghindarkan kepala daerah dari intervinsi dan dominasi orang-orang yang dapat mempengaruhi kebijakan kepala daerah akibat sang kepala daerah berhutang budi kepada tim suksesnya” kata rangkayo.
“apa yang kau lihat kelebihan kepala daerah yang terpilih melalui pemilihan langsung dibandingkan pemilihan perwakilan melalui DPRD?” tanya ucok kepada rangkayo lagi.
Rangkayo  mengkerutkan keningnya sehingga terlihat seperti ada garis-garis kerutan sejajar dikeningnya.


“saya sudah lama memperhatikan proses pilkada langsung ini beserta outputnya. Sampai saat ini saya tidak melihat suatu kelebihan yang benar-benar bermanfaat ataupun mampu mempercepat tercapainya tujuan negara seperti yang telah kita bahas tadi, yakni untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara 1945.  Kelebihan pemilihan langsung terlihat pada legitimasi kepala daerah terpilih. Tetapi seperti yang sudah dibahas tadi, sifatnya juga semu. Selebihnya tergantung kepada kinerja kepala daerah itu sendiri” jawab rangkayo.
“Setuju dengan rangkayo, pemilihan langsung tidak memberikan efek yang positif terhadap kinerja kepala daerah. Yang ada malahan kinerja kepala daerah yang dipengaruhi oleh orang-orang yang berjasa pada saat pemilihan, baik jasa berupa dukungan dana politik ataupun tenaga” kata tengku
“tidak mungkin juga begitu. Kalau pilkada langsung tidak memberikan manfaat kepada masyarakat, kenapa orang-orang pintar negara ini merumuskan kebijakan seperti itu?” kata pache setengah tidak percaya
“kalau pache tidak percaya, coba kita dengarkan pendapat pache” kata teuku
Pache ikut-ikutan keningnya berkerut mencoba memikirkan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh teuku.
“Selain legitimasi, saya tidak melihat kelebihan kepala daerah hasil pemilihan langsung” kata pache kelihatan juga tidak menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
“Nah… ngga ketemu juga kan? “ tanya teuku
“iya sih,, tapi ngga mungkin juga diterapkan kalau tidak ada manfaatnya?” kata pache sedikit tetap bersikeras walau terlihat juga tidak percaya diri.  
“Sudahlah kalau kau tak bisa jawab, kau nyerah aja” kata ucok
“ada-ada saja kau bang” kata pache mengarah ke ucok
“mungkin ini menjadi PR kita bersama untuk menjawabnya.” Kata rangkayo
“setuju rangkayo, kita jadikan PR”kata teuku
“kalau semisalnya kita menemukan jawaban positif, berarti pilihan alternatif ini cukup baik, tetapi jika kita tidak menapatkan jawaban yang positif, sebaiknya kita memberikan rekomendasi kepemerintah dan DPR” kata rangkayo
“memang rekomendasi kita akan didengarkan dan memberi pengaruh?” tanya pache
“ngga masalah pache. Semoga aja mereka akan mendengarkan dan membuka mata hati mereka untuk kebaikan masyarakat banyak” kata teuku
“didengar syukur, ngga didengarkan alhamdulillah. Toh kita kita juga diajarkan agama untuk menyampaikan kebaikan. Bagaimana menurut bang victor” tanya rangkayo dengan tersenyum
“ide yang bagus, tidak ada ruginya kita mengkaji permasalahan ini dan kemudian memberikan rekomendasi sesuai dengan hasil kajian. Mana tahu kita bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi nusa, bangsa dan masyarakat banyak” kata Victor
“setuju bang, nanti kita akan coba mengkajinya lebih mendalam” jawab rangkayo
“baiklah kalau begitu, saya permisi dulu, karena besok pagi saya harus ketemu dengan tokoh-tokoh masyarakat maluku yang ada dijakarta untuk memperkuat dukungan” kata Victor sambil berdiri dan menyalami para sahabatnya satu persatu.
Tidak lama setelah Victor pamit, kemudian terlihat rangkayo dan teman-teman juga membubarkan diri satu persatu. Dalam perjalanan pulang rangkayo juga tergelitik dengan hasil diskusi tadi, apa ya manfaat dari pemilihan langsung yang menghabiskan anggaran negara  milyaran bahkan triliyunan belum lagi ongkos politik yang menggerogoti leher para calon kepala daerah.  Kinerja kepala daerah juga digerogoti oleh tim sukses, sehingga kepala daerah juga tidak bisa menjadi pemimpin yang mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi dari pada kepentingan masyarakat dan golongan.
Tetapi disisi lain, kenapa pemerintah dan DPR begitu ngotot mempertahankan sistim pemilihan langsung ini. Apakah mereka sudah melakukan penelitian yang mendalam terhadap output hasil pilkada langsung, apa mereka tidak pernah mau tahu dengan banyak kepala daerah yang terjerat kasus hukum khususnya masalah korupsi. Entahlah batin rangkayo.  

Bagikan artikel ini

Artikel Menarik Lainnya

Silakan tulis komentar Anda

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)