Serial Rangkayo (Novel Politik) "DISAAT HARUS MEMILIH"Bab PEMIMPIN PRODUK PILKADA (bag 4) by Hollyson De Maiza ..............................
...................................................
“tidak aja jaminan suatu negara akan mampu
memberikan kesejahteraan yang tinggi kepada masyarakatnya jika melaksanakan
sistim demokrasi. Begitu juga sebaliknya banyak juga negara yang tidak
menerapkan sistim demokrasi tetapi rakyat nya sejahtera”kata teuku
“semakin pintar aja kau” kata ucok memuji
argumen teuku
“dari dulu aku juga pintar, abang aja yang
meragukannya selama ini” kata teuku menjawab candaan ucok.
“ya. Saya setuju dengan teuku, demokrasi
adalah alat bukan tujuan negara, tetapi keberhasilan pelaksanaan demokrasi
dianggap sebagai keberhasilan besar dalam pencapai tujuan negara. Padahal
tujuan negara bukan demokrasi tetapi adalah kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat indonesia” kata rangkayo.
“saya setuju dengan rangkayo” kata ucok
“Dasar negara kita juga menjelaskan bahwa
tidak ada keharusan untuk melaksanakan pemilihan langsung. Lihat saja dalam
sila ke 4 pancasila. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyaratan perwakilan.” kata rangkayo
“kalau kita melaksanakan sistim pemilihan
perwakilan berarti juga tidak ada juga yang salah dong” kata teuku
“kalau kita cermati sila ke empat, tentunya
jelas tidak ada yang salah” kata rangkayo
“tetapi kenapa saat pemilihan kepala daerah
dikembalikan ke DPRD banyak orang yang kecewa”kata pache
“Yang banyak itu berapa orang, paling juga
yang protes tidak sampai 5% dari jumlah penduduk Indonesia” kata Teuku
“tapi kan gaungnya besar dan didengarkan
oleh penguasa” kata pache
“pache, saya masih ingat dalam sebuah dialog
di Pro3 RRI, tanggal 8 Mei 2014 Kapuspen kementrian dalam negeri Didik Suprayitno menjelaskan bahwa sampai dengan Desember 2013
itu, kepala daerah maupun wakilnya yang tersangkut hukum, termasuk korupsi, itu
313 orang. Kemudian sampai hari ini menjadi 324 orang, di antaranya dalam kasus
korupsi,” kata teuku
“artinya makin maraknya kasus korupsi kepala
daerah patut diyakini bahwa salah satu penyebabnya adalah mahalnya ongkos
politik yang harus ditanggung oleh calon kepala daerah sebagai konsekwensi
pelaksaan sistim pemilihan kepala daerah secara langsung”kata rangkayo
“wah, banyak kali ya”kata ucok
“Sah-sah saja sistim pemilihan kepala daerah
secara langsung, tetapi calon kepala daerah harus dipermudah dan dihindari dari
beban-beban ongkos politik yang mahal. Sehingga disaat terpilih, mereka dapat
bekerja dengan baik dan terlepas dari intervensi pihak manapun termasuk kepala
daerah bayangan” kata rangkayo
“siapa pula kepala daerah bayangan yang kau maksudkan rangkayo?” tanya ucok
“itulah tim sukses kepala daerah terpilih.
Terkadang mereka punya kewenangan yang cukup besar sehingga bisa mempengaruhi bahkan
mengatur kebijakan yang akan ditetapkan oleh sang kepala daerah” kata rangkayo
“wah kacau itu” kata ucok
“makanya bang, negara diwajibkan
menghindarkan kepala daerah dari intervinsi dan dominasi orang-orang yang dapat
mempengaruhi kebijakan kepala daerah akibat sang kepala daerah berhutang budi
kepada tim suksesnya” kata rangkayo.
“apa yang kau lihat kelebihan kepala daerah
yang terpilih melalui pemilihan langsung dibandingkan pemilihan perwakilan
melalui DPRD?” tanya ucok kepada rangkayo lagi.
Rangkayo
mengkerutkan keningnya sehingga terlihat seperti ada garis-garis kerutan
sejajar dikeningnya.
“saya sudah lama memperhatikan proses
pilkada langsung ini beserta outputnya. Sampai saat ini saya tidak melihat
suatu kelebihan yang benar-benar bermanfaat ataupun mampu mempercepat tercapainya
tujuan negara seperti yang telah kita bahas tadi, yakni untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara 1945. Kelebihan pemilihan
langsung terlihat pada legitimasi kepala daerah terpilih. Tetapi seperti yang
sudah dibahas tadi, sifatnya juga semu. Selebihnya tergantung kepada kinerja
kepala daerah itu sendiri” jawab rangkayo.
“Setuju dengan rangkayo, pemilihan langsung
tidak memberikan efek yang positif terhadap kinerja kepala daerah. Yang ada
malahan kinerja kepala daerah yang dipengaruhi oleh orang-orang yang berjasa
pada saat pemilihan, baik jasa berupa dukungan dana politik ataupun tenaga”
kata tengku
“tidak mungkin juga begitu. Kalau pilkada
langsung tidak memberikan manfaat kepada masyarakat, kenapa orang-orang pintar
negara ini merumuskan kebijakan seperti itu?” kata pache setengah tidak percaya
“kalau pache tidak percaya, coba kita
dengarkan pendapat pache” kata teuku
Pache ikut-ikutan keningnya berkerut mencoba
memikirkan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh teuku.
“Selain legitimasi, saya tidak melihat
kelebihan kepala daerah hasil pemilihan langsung” kata pache kelihatan juga
tidak menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
“Nah… ngga ketemu juga kan? “ tanya teuku
“iya sih,, tapi ngga mungkin juga diterapkan
kalau tidak ada manfaatnya?” kata pache sedikit tetap bersikeras walau terlihat
juga tidak percaya diri.
“Sudahlah kalau kau tak bisa jawab, kau
nyerah aja” kata ucok
“ada-ada saja kau bang” kata pache mengarah
ke ucok
“mungkin ini menjadi PR kita bersama untuk
menjawabnya.” Kata rangkayo
“setuju rangkayo, kita jadikan PR”kata teuku
“kalau semisalnya kita menemukan jawaban
positif, berarti pilihan alternatif ini cukup baik, tetapi jika kita tidak
menapatkan jawaban yang positif, sebaiknya kita memberikan rekomendasi
kepemerintah dan DPR” kata rangkayo
“memang rekomendasi kita akan didengarkan
dan memberi pengaruh?” tanya pache
“ngga masalah pache. Semoga aja mereka akan
mendengarkan dan membuka mata hati mereka untuk kebaikan masyarakat banyak”
kata teuku
“didengar syukur, ngga didengarkan
alhamdulillah. Toh kita kita juga diajarkan agama untuk menyampaikan kebaikan.
Bagaimana menurut bang victor” tanya rangkayo dengan tersenyum
“ide yang bagus, tidak ada ruginya kita mengkaji
permasalahan ini dan kemudian memberikan rekomendasi sesuai dengan hasil
kajian. Mana tahu kita bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi nusa,
bangsa dan masyarakat banyak” kata Victor
“setuju bang, nanti kita akan coba
mengkajinya lebih mendalam” jawab rangkayo
“baiklah kalau begitu, saya permisi dulu,
karena besok pagi saya harus ketemu dengan tokoh-tokoh masyarakat maluku yang
ada dijakarta untuk memperkuat dukungan” kata Victor sambil berdiri dan menyalami
para sahabatnya satu persatu.
Tidak lama setelah Victor pamit, kemudian
terlihat rangkayo dan teman-teman juga membubarkan diri satu persatu. Dalam
perjalanan pulang rangkayo juga tergelitik dengan hasil diskusi tadi, apa ya
manfaat dari pemilihan langsung yang menghabiskan anggaran negara milyaran bahkan triliyunan belum lagi ongkos
politik yang menggerogoti leher para calon kepala daerah. Kinerja kepala daerah juga digerogoti oleh tim
sukses, sehingga kepala daerah juga tidak bisa menjadi pemimpin yang
mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi dari pada
kepentingan masyarakat dan golongan.
Tetapi disisi lain, kenapa
pemerintah dan DPR begitu ngotot mempertahankan sistim pemilihan langsung ini.
Apakah mereka sudah melakukan penelitian yang mendalam terhadap output hasil
pilkada langsung, apa mereka tidak pernah mau tahu dengan banyak kepala daerah
yang terjerat kasus hukum khususnya masalah korupsi. Entahlah batin rangkayo.